Hari ini aqu mencoba,
Mencoba untuk selamanya,
Aqu ingin mencoba menjadikan dunia adalah dirimu,
Menjadikan matahari adalah hatimu,
Menjadikan bulan adalah bibirmu,
Menjadikan bintang adalah matamu,
Awan adalah hidungmu,
Angin adalah harummu,
Tumbuh-tumbuhan adalah tanganmu,
Yang setiap saat dapat aqu lihat,
Dapat aqu rasa,
Dapat aqu hirup bau mu,
Dapat memegang dan menggenggammu erta-erat,
Bila dunia ini adalah dirimu,
Kian dekat aqu dengan dirimu dan hatimu,
Dan setiap malam dirimu dapat menemani qu,
Baca Selengkapnya... »»  
Beginikah rasanya rindu menggebu yang sulit di ungkapkan,
Hati kian merasa adanya keterikatan,
Kini aku jalani penuh kesabaran dan perlu kuatnya penghayatan,
Aku ingin berjalan menuju jalan keikhlasanmu Tuhan,
Aku yakin kekuatan hati pasti engkau hadirkan,
Aku mencoba berfikir tuk katakan namun hati menolak menceritakan........
Aku tak kuat jika engkau slalu terluka,
Aku tak mau hidupmu menderita,
Aku tak ingin lagi engkau kecewa.........
Baca Selengkapnya... »»  
Andaikan saja kau mau mengerti
Tentang perasaanku selama ini
Yang tak menginginkan kamu trus merasa
Hati dipenuhi rasa curiga....
Coba kau pahami keadaanku
Ku hanya menguji kesabaranmu
Ternyata kau tlah salah menilaiku
Kau tinggalkanku untuk cinta yang baru....
Sesungguhnya aku tak rela
Melihat kau dengannya
Sungguh hati terluka........
Cukup puas kau buat diriku
Merasakan cemburu
Kembalilah padaku.....
Bukan ku menarik ulur hatimu
Salahkah jika ku mengharapkanmu
Ku tahu hatimu hanya untukku
Kau bersamanya pelarian semata.
Sesungguhnya aku tak rela
Melihat kau dengannya
Sungguh hati terluka....

Cukup puas kau buat diriku
Merasakan cemburu
Kembalilah padaku.....
 
Andaikan saja kau mau mengerti....
Baca Selengkapnya... »»  

PEMBAHASAN

A.  Prinsip-prinsip Pembelajaran
Interaksi antar manusia dapat terjadi dalam berbagai segi kehidupan di belahan bumi, baik dibidang pendidikan,ekonomi, sosial, politik budaya, dan sebagainya. Interaksi di bidang pendidikan dapat diwujudkan melalui interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan masyarakat , guru dengan guru, guru dengan masyarakat disekitar lingkungannya.
Apabila dicermati proses interaksi siswa dapat dibina dan merupakan bagian dari proses pembelajaran, seperti yang dikemukakan oleh Corey (1986 ) dalam Syaiful Sagala dikatakan bahwa Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi- kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.[1]
Telah dipahami belajar adalah berubah. Berubah berarti belajar, tidak berubah berarti tidak belajar. Itulah sebabnya hakikat belajar adalah perubahan. Tetapi tidak semua perubahan berarti belajar. Agar setelah melakukan kegiatan belajar didapatkan hasil yang efektif dan efesien tentu saja diperlukan prinsip-prinsip belajar tertentu yang dapat melapangkan jalan kearah keberhasilan. Maka calon atau pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, ialah prinsip belajar yang dapat terlaksana dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Dan demikianlah susunan prinsip-prinsip belajar :
1.         Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan bimbingan untuk mencapai tujuan intruksional,
2.         Belajar bersifat keseluruhan dan materi ini harus memiliki struktur penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya,
3.         Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional,
4.         Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap menurut perkembangannya,
5.         Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery,
6.         Belajar harus dapat mengembangkan kemempuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya,
7.         Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang,
8.         Belajar memerlukan lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar yang efektif,
9.         Belajar perlu ada interaksi,
10.     Belajar adalah proses kontiguitas sehinga mendapatkan pengertian yang diharapkan.
11.     Repetisi dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian itu mendalam pada siswa.
Pemebelajar merupakan suatu aktivitas (proses) yang sistematis dan sistemik yang terdiri atas banyak komponen. Masing-masing komponen tidak bersifat persial (terpisah), tetapi harus berjalan secara teratur, saling bergantung, komplementer dan berkelanjutan. Untuk itu diperlukan pengelolaan pembelajaran. Seorang guru harus mengerti, memahami dan menghayati berbagai prinsip pemebelajaran, sekaligus mengaplikasikannya dalam melaksanakan tugas pembelajaran.
Prinsip-prinsip pembelajaran ini muncul dari penemuan para ahli dalam bidang psikologi kemudian diaplikasikan dalam bidang pendidikan sehingga lahirlah prinsip-prinsip pembelajaran, yaitu :
1.    Aktivitas
Belajar yang berhasil mestilah melalui berbagai macam aktifitas, baik fisik maupun psikis. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal, sekaligus mengikuti prosesa pengajaran (proses perolehan hasil pembelajaran) secara aktif. [2]
2.    Azas Motivasi
Seorang pengajar harus dapat menimbulkan motivasi anak. Motivasi ini sebenarnya banyak dipergunakan dalam berbagai bidang dan situasi, tapi dalam uraian ini diarahkan pada bidang pendidikan, khususnya bidang proses pembelajaran. Menurut Crider, motibasi adalah “sebagai hasrat, keinginan, dan minat yang timbul dari seseorang dan langsung ditujukan kepada suatu objek”.[3]
3.    Azas Individualitas
Individu adalah manusia, orang seorang yang memiliki pribadi jiwa sendiri. Kahalusan jiwa itu menyebabkan setiap individu memiliki karakteristik sendiri dalam kedudukannya di tengah-tengah komunitas, masing-masin memiliki individual defsirence (Farq Fardiyah).
4.    Azas Keperagaan
Peragaan meliputi semua pekerjaan panca indra yang bertujuan untuk mencapai pengertian pemahaman sesuatu hal secara lebih tepat dengan menggunakan alat-alat indera. Alat indera merupakan pintu gerbang pengetahuan. Untuk memiliki sesuatu kesan yang terang dari peragaan, maka individu harus mengamati bedanya tidak terbatas pada luarnya saja, tapi harus pada macam seginya, dianalisis, disusun, dikomparasikan, sehingga dapat memperoleh gambaran yang lengkap.
5.    Azas Ketauladanan
Ketauladanan dalam pendidikan adalah metode influitif yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk moral spiritual dan social anak. Hal ini adalah karena pendidik merupakan contoh terbaik dalam pandangan anak yang akan ditirunya dalam tindak tanduknya. Dan tata santunnya, dasadari atau tidak bahkan berpatri dalam jiwa dan perasaannya gambaran seorang pendidik, dan tercermin dalam ucapan dan perbuatan materil dan spritual atau tidak diketahui.[4]
6.    Azas Pembiasaan
Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan kepribadian anak. Hasil dari pembiasaan bagi anak didik adalah terciptanya suatu kebiasaan bagi anak didik. Kebiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu sifatnya otomatis, tanpa direncanakan terlebih dahulu, dan berlaku begitu raja tanpa dipikirkan lagi.[5]
7.    Azas Korelasi
Azas korelasi adalah asas yang menghendaki agar materi pembelajaran antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya disajikan secara terkait dan integral.
8.    Azas Minat dan Perhatian
Setiap individu mempunyai kecenderungan fundamental untuk berhubungan dengan sesuatu yang ada dalam lingkungannya. Apabila sesuatu itu memberikan kesenangan kepada dirinya, kemungkinan ia akan berminat terhadap sesuatu itu. [6]

B.  Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2008) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut :
1.    Prinsip ketergantungan positif, yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.
2.    Tanggung jawab perseorangan yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.
3.    Interaksi tatap muka yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dan anggota kelompok lain.
4.    Partisipasi dan komunikasi yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
5.    Evaluasi proses kelompok yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka dengan lebih efektif.[7]



KESIMPULAN

Dari pemaparan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwasanya prinsip-prinsip pembelajaran adalah prinsip belajar yang dapat terlaksana dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Dan prinsip-prinsip pembelajaran dapat disusun menjadi 11 prinsip-prinsip :
1.        Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
2.        Belajar bersifat keseluruhan,
3.        Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement,
4.        Belajar itu proses kontinyu,
5.        Belajar adalah proses organisasi,
6.        Belajar harus dapat mengembangkan kemempuan tertentu,
7.        Belajar memerlukan sarana yang cukup,
8.        Belajar memerlukan lingkungan yang menantang,
9.        Belajar perlu ada interaksi,
10.    Belajar adalah proses kontiguitas sehinga mendapatkan pengertian yang diharapkan.
11.    Repetisi dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali.
Dan prinsip-prinsip pembelajaran itu masing-masing komponen tidak bersifat persial (terpisah), tetapi teratur, saling bergantung, komplementer dan berkelanjutan. Sehingga diaplikasikan lahirlah prinsip-prinsip pembelajaran :
1.        Aktifitas
2.        Azas Motivasi
3.        Azas Individualitas
4.        Azas Keperagaan
5.        Azas Ketauladanan
6.        Azas Pembiasaan
7.        Azas Korelasi
8.        Azas Minat dan Perhatian.


[1]  Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008) halm
[2]  Piaget dalam Ahad Qohani, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) halm 6
[3]  S. Nasution, Azas-azas Mengajar (Bandung: Jemmars tt) halm 103
[4]  Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit. halm  40
[5]  Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metode Pengajaran Agama Islam dan Bahasa Arab, halm 110
[7]  Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010)halm 212
Baca Selengkapnya... »»  
Di hari ini aqu telah buat salah lagi padamu,
ma'afkan aqu.................
bukan maksut ku tuk ingkari janji ku
namun aqu pun mengulanginya lagi.
aku ingin melihatmu kembali seperti dulu,
yang selalu tersenyum .........dan bahagia.
namun sepertinya itu sangat sulit....
ma'fkan aqu maz.....
aqu jauh darimu, aqu tak bisa ada saat engkau butuhkan aqu tuk dapat melebarkan senyum mu selamanya,
aqu tak bisa menggandengmu, tak bisa memelukmu, dan ma'afkan aqu, karna aqu jauh..........
aqu ingin menyentuh mu dan ingin menggenggam tanganmu di saat seperti ini......
aqu ingin menentramkan hati mu, namun hanya asa dalam jiwa ku...........
kang maz..............aqu merindukanmu sayang.......
aqu ingin membelai wajahmu..............
Baca Selengkapnya... »»  
KOMPONEN TUJUAN, JENIS, DAN
FAKTOR-FAKTORNYA

  1. Komponen Tujuan
Menurut Andri Chandra, dalam perspektif tujuan dapat dilihat secara jelas dalam UUD Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional. Tujuan pendidikan yang merupakan pendidikan pada tataran mikroskopik, selanjutnya dijabarkan kedalam tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan yang ingin di capai dari setiap jenis mapun jenjang sekolah atau satuan pendidikan tertentu. Dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan, pendidikan dasar san menengah di rumusskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut:
1.      tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, alat mulya, serta ketrampilan, untuk hidup mandiri mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2.      Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, alat mulya, serta ketrampilan, untuk hidup mandiri mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3.      Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, pepribadian, akhlak muliya, serta ketrampilan hidup mandiri dan mengikuti pendidika lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Komponen tujuan adalah komponen kurikulum yang menjadi target atau sasaran yang mesti dicapai dari melaksanakan kurikulum. Tujuan kurikulum dapat dispesifikasikan ke dalam tujuan pembelajan umum yaitu, berupa tujuan yang dicapai untuk satu semester, atau tujuan pembelajan khusus yang menjadi target pada setiap kali tatap muka
Menurut Nana Syaodih tujuan memegang peran penting, akan mewarnai keseluruhan komponen-komponen lainnya dan akan mengarahkan semua kegiatan mengajar tujuan kurikulum yang di rumuskan mengambarkan pula pandangan para pengembang kurikulum mengenai pengetahuan, kemampuan, serta sikap yang ingin di kembangkan. Tujuan  jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula terhadap pemilihan isi atau konten, strategi dan media penbelajaran, dan evaluasi, nahkan dalam pengembangan kurikulum,tujuan ini dianggap sebagai dasar, arah, patokan dalam menentukan komponen-komponen yang lainnya.
Menurut Ahmad khoiron, tentang komponen tujuan merupakan suatu program yang di maksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan itulah yang dijadikan arah atau acuan segala kegiatan pendidikan yang dijalankan. Berhasil atau tidaknya program pengajaran disekolah dapat diukur dari beberapa jauh dan berapa banyaknya pencapaian-pencapaian tujuan tersebut. Dalam setiap kurikulum lembaga pendidikan, pasti dicatumkan tujuan-tujuan pendidikan yang akan atau harus dicapai oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Ivor K.Davies, menyatakan bahwa tujuan dalam suatu kurikulum akan mengambarkan kualitas manusia yang diharapkan terbinar dari suatu proses pendidikan.Dengan demikian, suatu tujuan memberikan petunjuk mengenai arah perubahan yang di cita-citakan dari suatu kurikulum yang sifatnya harus merupakan sesuatu yang final(S.Nasution,1987).
Menurut Nana Sudjana, tujuan kurikulum pada hakekatnya bertujuan dari setiap program pendidikan yang akan diberikan kepada anak didik. Mengingat kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka tujuan kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan.  Berdasarkan hakekat dari tujuan dijabarkan sejumlah tujuan kurikulum mulai dari tujuan kelembagaan pendidikan, tujuan setiap mata pelajaran atau bidang studi sampai kepada tujuan-tujuan pengajaran. Rumusan tujuan kurikulum tersebut harus terlebih dahulu di tetapkan sebelum menyusun dan menentukan isi kurikulum strategi pelaksanaan kurikulum dan penilaian atau evaluasi kurikulum. Hal ini dilakukan mengingat :
a)      Tujuan berfungsi menentukan arah dan corak kegiatan pendidikan.
b)      Tujuan akan menjadi indikator dari keberhasilan pelaksanaan pendidikan.
c)      Tujuan menjadi pegangan dalam setiap usaha dan tindakan dari para pelaksana pendidikan.

  1. Jenis-jenis Komponen

Menurut Nama Sudjana, jenis komponen meliputi, tujuan, isi dan stuktur monogram, strategi pelaksanaan, dan komponen evaluasi.
1.      Tujuan Kurikulum
Tujuan kurikulum pada hakekatnya adalah tujuan dari setiap program pendidikan yang akan diberikan kepada anak didik. Pendidikan nasional berdasarkan pancasila bertujuan meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yakni manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang mahaesa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras,dan sebagainya.
 2.  Isi dan Stuktur kurikulum
Isi kurikulum berkenaan dengan pengetahuan ilmiah dan pengalaman belajar yang harus diberikan kepada siswa untuk dapat mencapai tujuan pendidikan, pengembangan tyang terjadi dalam masyarakat menyangkut tuntutan dan kebutuhan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengutahuan ilmiah pada hakekatnya adalah kebudayaan manusia, yakni hasil cipta-karya dan karsa manusia yang telah diterima secara universal. Ada tiga pengetahuan dasar manusia, pengetahuan benar-salah (logika), pengetahuan baik-buruk (etika), pengetahuan yang berkenaan dengan indah-jelek. Ada tiga kategori cabang ilmu pengetahuan yakni ilmu pengetahuan alam, sosial, dan kelompok ilmu pengetahuan Humaniora.
3.      Strategi pelaksanaan kurikulum
Komponen strategi pelaksanaan kurikulummemberi petunjuk bagaimana kurikulum itu dilaksanakan disekolah. Ada beberapa unsurdalam strategi pelaksanaan kurikulum yakni, tingkat dan jenjang pendidikan, proses balajar mengajar, bimbingan penyuluhan, administrasi super visik, sarana kurikuler, dan evaluasi atau penilaian.
4.      Evaluasi kurikulum
      Dimaksudkan menilai suatu kurikulum sebagai program pendidikan untuk menentukan evesiensi, efektifitas, relevansi dan produktifitas program dalam mencapai tujuan pendidikan.

Menurut Muhammad Ali jenis komponen meliputi,
  1. Komponen tujuan.
Tujuan kurikulum adalah arah atau sasaran yang hendak dituju oleh proses penyelangaraan pendidikan.Dalam setiaap kegiatan sepatutnya mempunyai tujuan, karena tujuan menuntun kepada apa yang hendak dicapai, atau sebagai gambaran tentang hasil akhir dari suatu kegiatan.
2.      Isi kurikulum
Dalam Menentukan jenis pengalaman isi kurikulum, ada kalanya tujuan digunakan sebagai acuan, adalakanya sebaliknya, isi menjadi acuan bagi tujuan. Bergantung pada konsep, rancang-bangun, dan acuan filosofi yang digunakan. Kurikulum dipandang sebagai keseluruhan pengalaman belajar siswa yang diperoleh atas tanggung jawab siswa. Pandanagn ini membawa inflkasi terhadap isi kurikulum. Oleh karena itu, keberadaan isi kurikulum adalah semacam panduan bagi guru dan siswa dalam menyelengarakan proyek-proyek kegiatan yang berorientasi pada pemahaman dan pemecahan masalah-masalah kehidupan dan masalah sosial.
  1. Organisasi dan Metode
Organisasi kurikulum menunjukkan pada pengertian tentang bagaimana isi kurikulum yang berupa pengalaman belajar itu disusun dan diberikan kepada siswa. Isi kurikulum sebagaiman dijelaskan di ats diorganisasi secara terpadu, sehingga kurikulum terintegrasi.
  1. Evaluasi kurikulum
Komponen evaluasi sangat penting artinya bagi pelaksaan kurikulum. Hasil evaluasi dapat memberi petunjuk kepada apakah sasaran yang ingin dituju dapat tercapai atau tidak. Disamping itu, evaluasi juga berguna untuk menilai apakah proses kurikulum berjalan secara optimal atau tidak.

Menurut Lias Hasbian, Adapun kemponen–komponen kurikulum pada prinsifnya  terdiri dari empat macam komponen yaitu; tujuan, materi, metode, dan evaluasi.
1.      Komponen tujuan
Komponen tujuan adalah komponen kurikulum yang menjadi target atau sasaran yang mesti dicapai dari melaksanakan kurikulum. Tujuan kurikulum dapat dispesifikasikan ke dalam tujuan pembelajan umum yaitu, berupa tujuan yang dicapai untuk satu semester, atau tujuan pembelajan khusus yang menjadi target pada setiap kali tatap muka.
2.      Komponen Materi
Komponen materi adalah komponen yang didesain untuk mencapai komponen tujuan.yang dimaksud komponen materi adalah bahan-bahan kajian yang terdiri dari  ilmu pengetahuan,nilai,pengalaman, dan keterampilan yang dikembangkan ke dalam proses pembelajaran guna mencapai komponen tujuan.Komponen materi harus dikembangkan untuk mencapai komponen tujuan, oleh karena itu komponen tujuan dengan komponen materi atau dengan komponen-komponen yang lainnya haruslah dilihat dari sudut hubungan yang fungsional.
3.      Komponen Metode
Komponen metode dapat dibagi ke dalam dua bagian yang dikenal dengan komponen metode dalam pengertian luas dan metode dalam pengertian sempit. Komponen metode dikatakan juga komponen proses karena metode berada pada proses. Komponen ini tidak kalahnya pentingnya dengan komponen lain,karena komponen metode akan menjawab bagaimana proses kurikulum yang ditempuh dapat mentransformasikan berbagai  macam nilai kedalam diri anak.Untuk membuat siswa barmutu jelas tidak bias dilakukan dengan mudah  seperti semudah membalik telapak tangan,untuk membuat siswa bermutu jelaslah membutuhkan waktu,media dan proses yang bermutu pula, karena itu, komponen media harus difungsikan secara baik dan benar agar komponen materi dan tujuan bias dicapai dengan baik pula.
4.      Komponen evaluasi
Komponen evaluasi adalah komponen kurikulum yang dapat diperbandingkan seperti halnya penjaga gawang dalam permainan sepak bola, memfungsikan evaluasi berarti melakukan seleksi terhadap siapa yang berhak untuk diluluskan dan siapa yang belum berhak diluluskan, karena itu siswa yang dapat mencapai targetlah yang berhak untuk diluluskan,sedangkan siswa yang tidak mencapai target (prilaku yang diharapkan) tidak berhak untuk diluluskan. Dilihat dari fungsi dan urgeni evaluasi yang demikian, Dari sudut komponen evaluasi misalnya, berapa banyak guru yang mengerjakan suatu mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang pendidikan guru dan ditunjang pula oleh media dan sarana belajar  yang memedai serta murid yang normal.

  1. Faktor-Faktor Komponen
            Menurut Franencis P. Hunkin menjelaskan pengaruh poilitik dalam pembentukan dan pengembangan sesuatu kurikukum. Menunjukan bahwa perkembangan kurikulum dipenuhi oleh proses politik, karena setiap kali pucuk pimpinan sesebuah negara itu bertukar, maka setiap kali kurikulum pendidikan akan dikaji semula. Dasar pelajaran kebangsaan yang termaktub dalam Akta pelajaran 1961 menitiberatkan aspwk-asoek yang berkaitan dengan perpaduan negara dan penghasilan tenaga kerja. Melalui kurikulum pendidikan disalurkan aktiviti-aktiviti yang boleh membentuk kepribadian dan perwatakan individu yang baik dan boleh membawa kearah perpaduan.
      Menurur Kamaruddin Hj. Husain, 1994.Berdasaarkan maklumat yang diperolehi daripada pelaksanaan kurikulum harus senantiasa mengubah kurikulum yang timbul serta bersedia mencari penyelesaian dalam mengubah kurikulum merupakan orang yang pentiang dalam.

            Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam sistem pemberian kompensasi oleh organisasi kepada karyawan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor ini merupakan tantangan setiap organisasi untuk menentukan kebijaksanaan kompensasi untuk karyawaan. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:
a.  Produktivitas
b.  Kemampuan untuk membayar
c.  Kesediaanuntukmembayar
d.  Suplaidanpermintaaneorganisasikaryawan
f.   Berbagiaperaturandanperundangundangan.

            Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi upah dan kebijakan kompensasi adalah sesuatu yang berada diluar perusahaan, seperti: pasar tenaga kerja, kondisi ekonomi, peraturan pemerintah, dan serikat pekerja.
  • Pasar tenaga kerja mempengaruhi desain kompensasi dalam dua cara: pertama, tingkat persaingan tenaga kerja sebagai menentukan batas rendah atau floor tingkat pembayaran. Jika tingkat pembayaran suatu perusahaan terlalu rendah, tenaga kerja yang memenuhi syarat tidak akan bersedia bekerja diperusahaan itu.
  • Kondisi ekonomi Salah satu aspek yang juga mempengaruhi kompensasi sebagai salah satu faktor eksternal adalah kondisi-kondisi ekonomi industry, terutama derajat tingkat persaingan, yang mempengaruhi kesanggupan untuk membayar perusahaan itu dengan gaji tinggi.
  • Peraturan pemerintah, Pemerintah secara langsung mempengaruhi tingkat kompensasi melalui pengendalian upah dan petunjuk yang melarang peningkatan dalam kompensasi untuk para pekerja tertentu pada waktu tertantu, dan hukum yang menetapkan tingkat tarip upah minimum, gaji, pengaturan jam kerja, dan mencagah diskriminasi.
  • Serikat pekerja Pengaruh eksternal penting lain pada suatu program kompensasi kerja adalah serikat kerja, kehadiran serikat kerja di perusahaan sektor swasta di perkirakan meningkatkan upah 10 sampai 15 % dan menaikkan tunjangan sekitar 20-30 %. Serikat pekerja sudah cendrung untuk menjadi penentu untuk upah, manfaat dan meningkatkan upah kondisi kerja.
            Faktor-faktor yang menentukan pemilihan metode mengajar diantaranya:
1. tujuan khusus pembelajaran 2. karakteristik materi pelajaran 3. kemampuan guru 4. fasilitas yang tersedia. tujuan pembelajaran adalah rumusan hasil ujian belajar atau kemempuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti waktu pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, tujuan yang harus dirumuskan guru adalah tujan instruksional khusus TIK atau tujuan pengeimbangi tujuan yang khusus. Maka dari itu seorang guru harus bisa mengetahui dan memahami tentang kurikulum dan tujuan dari pembelajaran itu sendiri.


REFERENSI
Hasibuan, Lias. 2010. Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, Gaung Persada : Jakarta.
Sudioyono. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Rineka Cipta: Jakarta.
Ali, Muhammad. 2008. Pengembangan Kurikulum Di Sekolah. Sinar Baru Algensindo: Bandung.
Sudjana, Nana. 2008. Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah. Sinar Baru Algensindo: Bandung.
Baca Selengkapnya... »»  
PENDAHULUAN

Ilmu manajemen sebetulnya sama usianya dengan kehidupan manusia, mengapa demikian karena pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip manajemen, baik langsung maupun tidak langsung. Baik di sadarai ataupun tidak disadari. Ilmu manajemen ilmiah timbul pada sekitar awal abad ke 20 di benua Eropa barat dan Amerika. Dimana di negara-negara tersebut sedang dilanda revolusi yang dikenal dengan nama revolusi industri. Yaitu perubahan-berubahan dalam pengelolaan produksi yang efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah semakin maju dan kebutuhan manusia sudah semakin banyak dan beragama sejenisnya.

Dalam pembahasan makalah ini dikemukakan bahwa banyak versi mengenai definisi manajemen falsafah manajemen (hakikat tujuan, hakikat manusia, hakikat kerja) dan disini akan kami uraikan menurut pendapat yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini kami merasa perlu untuk menguraikannya secara lebih terinci.



PEMBAHASAN

A.  Defenisi Manajemen
Di tinjau dari segi bahasa, manajemen merupakan terjemahan secara langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Manajemen yang berhubungan dengan aktifitas manusia sulit didefinisikan secara tepat. Dalam arti khusus Manajemen dipakai bagi pimpinan dan kepemimpinan, yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan memimpin dalam suatu organisasi.
Setiap ahli memberi pandangan yang berbeda tentang batasan manjemen, karena itu tidak mudah memberi arti universal yang dapat diterima semua orang. Namun demikian, dari pikiran-pikiran ahli tentang defenisi manajemen kebanyakan menyatakan bahwa manejemen merupakan suatu proses tertentu yang menggunakan kemampuan atau keahlian untuk mencapai suatu tujuan yang didalam pelaksanaanya dapat mengikuti alur keilmuan secara ilmiah dan dapat pula menonjolkan kehasan dan gaya manajer dalam mendayagunakan kemampuan orang lain.
Jadi, banyak para ahli mendefinisikan manajemen dengan versi yang berbeda-beda namun bertujuan sama yaitu mengelola atau memimpin, dan manajemen itu menitik beratkan pada pemanfaatan orang-orang dalam melakukan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan.
Dengan demikian terdapat tiga fokus untuk mengartikan manajemen yaitu:[1]
1.      Manajemen sebagai suatu kemampuan atau keahlian yang selanjutnya menjadi cikal bakal manjemen sebagai suatu profesi. Manajemen sebagai suatu ilmu menekankan perhatian pada keterampilan dan kemampuan manajerial yang diklasifikasikan menjadi kemampuan/keterampilan teknikal, manusiawi dan konseptual.
2.      Manajemen sebagai proses yaitu dengan menentukan langkah yang sistematis dan terpadu sebagai aktifitas manajemen.
3.      Manajemen sebagai seni, tercermin dari perbedaan gaya ( style ) seseorang dalam menggunakan atau memberdayakan orang lain untuk mencapai tujuan.
Menurut John M.Echols dan Hasan Shadily, Management berakar dari kata kerja to manage yang artinya mengurus, mengatur, melaksanakan, atau mengelola. Dalam kenyataannya tidak ada definisi manajemen yang telah diterima secara umum.[2]
Manajemen itu adalah ilmu, dimaksudkan, bahwa seseorang yang belajar manajemen tidak pasti akan menjadi seorang manajer yang baik. Manajer yang baik lahir dan di didik. Dengan kata lain untuk menjadi seorang manajer yang baik, haruslah mempunyai bakat sebagai seorang pemimpin, disamping belajar Ilmu Pengetahuan Manajemen.[3]
Jadi, meskipun para ahli yang lain disini masih menjelaskan devinisi manajemen namun tetap sama tujuan dari dan arti manajemen adalah mengelola sesuatu dan bagi manajer apabila ia profesional akan dapat dan mempunyai bakat yang baik sebagi seorang pemimpin, dan juga harus mempunyai pengalaman dalam mengetahui ilmu manajemen tersebut.
Dalam arti khusus manajemen dipakai bagi pimpinan dan kepemimpinan, yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan memimpin dalam suatu organisasi, dengan demikian, manajer adalah orang yang memimpin atau pemimpin.
Manajemen menurut Departemen Agama RI ( 1998/1999:1 ) adalah suatu proses yang direncanakan untuk menjamin kerjasama, partisipasi, dan keterlibatan sejumlah orang dalam mencapai tujuan secara efektif. Manajemen mengandung unsur pembimbingan, pengaruh, dan pengarahan sekelompok orang terhadap pencapaian secara umum.[4]
Diatas telah di jelaskan juga, bahwa manajemen itu adalah suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu secara sistematik dan efektif, dngan melalui tindakan-tindakan seperti perencanaan, dan dalam suatu perencanaan ini mengandung bimbingan dan mengarahkan pada pencapaian tujuan umum.
Dalam pendidikan manajemen itu dapat diartikan, sebagai aktifitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. Dipilih manajemen sebagai aktifitas, bukan sebagai individu, agar konsisten dengan istilah administrasi dengan aadministrator sebagai pelaksanya dan supervisi dengan supervisor sebagai pelaksananya.[5]
Jadi dari pengertian manajemen yang telah di kemukakan diatas, maka DA menyimpulkan bahwasannya Manajemen itu adalah mengelola atau mengurus. Dan belum tentu seseorang yang sudah belajar tentang Manajemen akan menjadi seorang Manajemen yang baik, tanpa adanya mempunyai bakat untuk menjadi seorang pemimpin dan belajar Ilmu Pengetahuan Manajemen.

B.  Falsafah Manajemen ( Hakikat Tujuan, Hakikat Manusia, Hakikat Kerja )
1.    Hakikat Tujuan Manajemen
Manajemen sebagai bagian dari suatu proses tentu memiliki tujuan, Menurut Shrode dan Voich, tujuan utama manajemen adalah produktifitas dan kepuasan. Menurut beliau, kedua hal inilah yang menjadi tujuan utama dalam setiap manajemen. Kedua hal ini tentu memerlukan suatu kerjasama yang baik antara unsur-unsur yang ada di manajemen itu. Menurut Sutermeister dalam buku landasan manajemen pendidikan yang dikarang Nanang Fattah menyatakan bahwa berdasarkan pengertian teknis produktifitas dapat di ukur dengan dua standar utama, yaitu produktifitas fisik dan dan produktifitas nilai.
Produktifitas yang dinyatakan diatas yang produktifitas fisik disini yang terlihat dari sisi luar dan nyata, seperti manajemen yang bertujuannya mengelola, bahwa pengelolaan dalam fisik ini mampu menciptakan sesuatu seperti halnya buku yang dapat memenuhi dari suatu produktifitas manajemen, begitu juga dengan produktifitas nilai, nilai yang terkandung yang sudah ada di dalam unsur manajemen tersebut.
Paul Mali (1978) misalnya, mengukur produktifitas di ukur berdasarkan kombinasi antara efektifitas dan efisiensi. Efektifitas dikaitkan dengan performence, dan efisiensi dikaitkan dengan penggunaan sumber-sumber indeks produktifitas di ukur berdasarkan perbandingan atau rasio antara pencapaian performence dengan sumber-sumber yang dialokasikan.
2.    Hakikat Manusia
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang paling sempurna diantara makhluk lainnya. Manusia mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya:
a.    Mampu bergerak dalam berbagai ruang, baik di darat, di laut maupun diluar
b.    Mempunyai potensi untuk berbuat baik (akal) dan berbuat tidak baik (nafsu)
c.    Memegang amanah sebagai khalifah di bumi.

Dalam buku landasan manajemen pendidikan yang dikarang Nanang Fattah dijelaskan bahwa terdapat beberapa pandangan tentang manusia, antara lain pandangan psikoanalitik. Tradisional menganggap bahwa manusia pada dasarnya digerakkan oleh dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif.
Dalam buku pendidikan islam karangan Zainudin Aliu dijelaskan bahwa karakteristik manusia sebagai makhluk ciptaan Allah paling sempurna, yang membedakan makhluk lainnya adalah roh manusia yang mempunyai dua daya yaitu daya fikir yang disebut akal dan daya rasa yang disebut kalbu.
Jadi, hakikatnya manusia itu adalah makhluk yang sempurna, dalam manajemen hakikat manusia  itu mengtur kegiatan dan memadukan sumberdaya yang ada sehingga tercipta pembahasan yang terdahulu kita telah melakukan eksplorasi terhadap Organisasi, Administrasi, Manajemen, serta Kepemimpinan.
Pandangan lain datang dari kaum behavioristik ( dalam hancem 1977 ) pada dasarnya menganggap bahwa manusia adalah makhluk reaktif yang prilakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia adalah:[6]
a.       Padasarnya memiliki tenaga dalam yang menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan.
b.      Terdapat fungsi yang rasional, bertanggung jawab atas tingkahlaku intelektual dan rasional.
c.       Mampu mengarahkan diri ketujuan yang positif, mampu mengatur, dan mengontrol diri dan menentukan nasibnya.
d.      Pada hakikatnya dalam proses berkembang dan tidak pernah selesai.
e.       Melibatkan diri untuk kepentingan dirinya, dan oranglain.
f.       Mempunyai potensi yang perwujudannya sering tak terduga, potensi itu terbatas.
3.    Hakikat kerja
Kerja merupakan kegiatan dalam melakukan sesuatu dan orang yang bekerja ada kaitannya dengan mencari nafkah atau bertujuan untuk mendapatkan imbalan atas prestasi yang diberikan atas kepentingan organisasi. Prestasi kerja atau penampilan kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu. Masalah kerja selalu mendapatkan perhatian dalam manajemen karena berkaitan dengan produktifitas organisasi.
Pada hakikatnya, orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan atau motifasi tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit prilaku, sedangkan tujuan berfungsi mengarahkan prilaku. Proses motifasi sebagian besar untuk memenuhi dan mencapai kebutuhan.
Jadi dapat kita fahami bahwa kerja merupakan kegiatan dalam melakukan sesuatu, yang berkaitan dengan nafkah. Dan ini didasari dengan kemampuan, sikap, keterampilan dan motivasi untuk menghasilkan sesuatu, pada hakekatnya untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan atau motifasi tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit prilaku dan proses motifasi sebagian besar untuk memenuhi dan mencapai kebutuhan.
Proses pemenuhan kebutuhan didasari oleh pendekatan teori prilaku yaitu teori motifasi. Sebagai berikut:[7]
a.       Maslow: Kebutuhan bertingkat mulai dari yang paling tinggi berturut-turut sampai yang paling rendah; perwujudan diri, kebuthan ego, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan rasa aman dan kebutuhan fisiologis
b.      Herzberg teori dua faktor
Faktor Higine
Motivasi
Gaji
Kemajuan
Kondisi
Perkembangan
Kebijakan perusahaan
Tanggung jawab
Penyediaan
Penghargaan
Kelompok kerja
Prestasi pekerjaan itu sendiri

c.       David. C. McClelland, berdasarkan hasil penelitiannya bahwa motif berprestasi mempunyai pengaruh yang jauh lebih penting untuk keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan industri, dibanding dengan motif manapun. Sifat utama motif ini adalah berusaha mencapai standar tertentu yang sangat baik. Ia mengikatkan dirinya sendiri secara emosional untuk menyelesaikan tugas yang dipandang bernila dan sukar .
d.      Smith dan Cranny, motifasi kerja akan ditentukan oleh tiga variabel utama:
Usaha, kepuasan dan ganjaran.

e.       Vromm, motivasi kerja ditentukan oleh: kekuatan, valensi, harapan, dan batu loncatan.
Jadi dapat kita fahami dan kita simpulkan dari pemahaman para ahli di atas bahwa proses pemenuhan kebutuhan didasari oleh pendekatan teori prilaku yaitu teori motifasi, yang menjelaskan bahwa motif berprestasi mempunyai pengaruh yang jauh lebih penting untuk keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan industri, dibanding dengan motif manapun. Dan pada intinya kebutuhan itu memiliki tingkatan mulai dari tingkat yang paling tinggi berturut-turut sampai yang paling rendah; perwujudan diri, kebuthan ego, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan rasa aman dan kebutuhan fisiologis.

KESIMPULAN

Dari pikiran-pikiran ahli tentang defenisi manajemen kebanyakan menyatakan bahwa manejemen merupakan suatu proses tertentu yang menggunakan kemampuan atau keahlian untuk mencapai suatu tujuan yang didalam pelaksanaanya dapat mengikuti alur keilmuan secara ilmiah.
Arti khusus manajemen dipakai bagi pimpinan dan kepemimpinan, yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan memimpin dalam suatu organisasi.
Sebenarnya ada banyak versi mengenai definisi manajemen, namun demikian pengertian manajemen itu sendiri secara umum yang bisa kita jadikan pegangan adalah : “Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk menetukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya”.
Tujuan manajemen merupakan hal terjadinya proses manajemen dan aktifitas kerja, tujuan beraneka macam, tetapi harus ditetapkan secara jelas, realistis dan cukup menantang berdasarkan analisis data, informasi dan pemilihan dari informasi-informasi yang ada. Kecapakan manajer dalam menetapkan tujuan dan kemapuannya memanfaatkan peluang, mencerminkan tingkat hasil yang dapat dicapainya.
Hakikat Manusia Dalam Pandangan Manajmen adalah pada hakikatnya manusia itu tanpa manajmen apapun yang ia kerjakan tidak akan pernah efektif dan efesien (tidak akan bisa jalan sesua apa yang ia inginkan ).
Pada hakikat kerja, orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan atau motifasi tertentu. Dan orang mempunyai berbagai kebutuhan psikologis. Beberapa dari kebutuhan psikologis ini berhubungan dengan pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA

Amilda dkk, Manajemen Pendidikan Islam, Palembang: Grafika Telindo Press, 2010.
Manullang, Manajemen Personalia, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2008.
Pidarta Made, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Bina Aksara, 1988,
Tim Dosen administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2008.



[1] Tim Dosen administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2008. Hal. 86
[2] Amilda dkk, Manajemen Pendidikan Islam, Palembang: Grafika Telindo Press, 2010. hal 1-2
[3] M. Manullang, Manajemen Personalia, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2008. Hal. 3-4
[4] Op.Cit, hal. 2-3.
[5] Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Bina Aksara, 1988, Hal. 1-4
[6] Loc.Cit, Hal.15
[7]Ibid, Hal.18-21
Baca Selengkapnya... »»  
a
s