PENDAHULUAN

Ilmu manajemen sebetulnya sama usianya dengan kehidupan manusia, mengapa demikian karena pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip manajemen, baik langsung maupun tidak langsung. Baik di sadarai ataupun tidak disadari. Ilmu manajemen ilmiah timbul pada sekitar awal abad ke 20 di benua Eropa barat dan Amerika. Dimana di negara-negara tersebut sedang dilanda revolusi yang dikenal dengan nama revolusi industri. Yaitu perubahan-berubahan dalam pengelolaan produksi yang efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah semakin maju dan kebutuhan manusia sudah semakin banyak dan beragama sejenisnya.

Dalam pembahasan makalah ini dikemukakan bahwa banyak versi mengenai definisi manajemen falsafah manajemen (hakikat tujuan, hakikat manusia, hakikat kerja) dan disini akan kami uraikan menurut pendapat yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini kami merasa perlu untuk menguraikannya secara lebih terinci.



PEMBAHASAN

A.  Defenisi Manajemen
Di tinjau dari segi bahasa, manajemen merupakan terjemahan secara langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Manajemen yang berhubungan dengan aktifitas manusia sulit didefinisikan secara tepat. Dalam arti khusus Manajemen dipakai bagi pimpinan dan kepemimpinan, yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan memimpin dalam suatu organisasi.
Setiap ahli memberi pandangan yang berbeda tentang batasan manjemen, karena itu tidak mudah memberi arti universal yang dapat diterima semua orang. Namun demikian, dari pikiran-pikiran ahli tentang defenisi manajemen kebanyakan menyatakan bahwa manejemen merupakan suatu proses tertentu yang menggunakan kemampuan atau keahlian untuk mencapai suatu tujuan yang didalam pelaksanaanya dapat mengikuti alur keilmuan secara ilmiah dan dapat pula menonjolkan kehasan dan gaya manajer dalam mendayagunakan kemampuan orang lain.
Jadi, banyak para ahli mendefinisikan manajemen dengan versi yang berbeda-beda namun bertujuan sama yaitu mengelola atau memimpin, dan manajemen itu menitik beratkan pada pemanfaatan orang-orang dalam melakukan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan.
Dengan demikian terdapat tiga fokus untuk mengartikan manajemen yaitu:[1]
1.      Manajemen sebagai suatu kemampuan atau keahlian yang selanjutnya menjadi cikal bakal manjemen sebagai suatu profesi. Manajemen sebagai suatu ilmu menekankan perhatian pada keterampilan dan kemampuan manajerial yang diklasifikasikan menjadi kemampuan/keterampilan teknikal, manusiawi dan konseptual.
2.      Manajemen sebagai proses yaitu dengan menentukan langkah yang sistematis dan terpadu sebagai aktifitas manajemen.
3.      Manajemen sebagai seni, tercermin dari perbedaan gaya ( style ) seseorang dalam menggunakan atau memberdayakan orang lain untuk mencapai tujuan.
Menurut John M.Echols dan Hasan Shadily, Management berakar dari kata kerja to manage yang artinya mengurus, mengatur, melaksanakan, atau mengelola. Dalam kenyataannya tidak ada definisi manajemen yang telah diterima secara umum.[2]
Manajemen itu adalah ilmu, dimaksudkan, bahwa seseorang yang belajar manajemen tidak pasti akan menjadi seorang manajer yang baik. Manajer yang baik lahir dan di didik. Dengan kata lain untuk menjadi seorang manajer yang baik, haruslah mempunyai bakat sebagai seorang pemimpin, disamping belajar Ilmu Pengetahuan Manajemen.[3]
Jadi, meskipun para ahli yang lain disini masih menjelaskan devinisi manajemen namun tetap sama tujuan dari dan arti manajemen adalah mengelola sesuatu dan bagi manajer apabila ia profesional akan dapat dan mempunyai bakat yang baik sebagi seorang pemimpin, dan juga harus mempunyai pengalaman dalam mengetahui ilmu manajemen tersebut.
Dalam arti khusus manajemen dipakai bagi pimpinan dan kepemimpinan, yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan memimpin dalam suatu organisasi, dengan demikian, manajer adalah orang yang memimpin atau pemimpin.
Manajemen menurut Departemen Agama RI ( 1998/1999:1 ) adalah suatu proses yang direncanakan untuk menjamin kerjasama, partisipasi, dan keterlibatan sejumlah orang dalam mencapai tujuan secara efektif. Manajemen mengandung unsur pembimbingan, pengaruh, dan pengarahan sekelompok orang terhadap pencapaian secara umum.[4]
Diatas telah di jelaskan juga, bahwa manajemen itu adalah suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu secara sistematik dan efektif, dngan melalui tindakan-tindakan seperti perencanaan, dan dalam suatu perencanaan ini mengandung bimbingan dan mengarahkan pada pencapaian tujuan umum.
Dalam pendidikan manajemen itu dapat diartikan, sebagai aktifitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. Dipilih manajemen sebagai aktifitas, bukan sebagai individu, agar konsisten dengan istilah administrasi dengan aadministrator sebagai pelaksanya dan supervisi dengan supervisor sebagai pelaksananya.[5]
Jadi dari pengertian manajemen yang telah di kemukakan diatas, maka DA menyimpulkan bahwasannya Manajemen itu adalah mengelola atau mengurus. Dan belum tentu seseorang yang sudah belajar tentang Manajemen akan menjadi seorang Manajemen yang baik, tanpa adanya mempunyai bakat untuk menjadi seorang pemimpin dan belajar Ilmu Pengetahuan Manajemen.

B.  Falsafah Manajemen ( Hakikat Tujuan, Hakikat Manusia, Hakikat Kerja )
1.    Hakikat Tujuan Manajemen
Manajemen sebagai bagian dari suatu proses tentu memiliki tujuan, Menurut Shrode dan Voich, tujuan utama manajemen adalah produktifitas dan kepuasan. Menurut beliau, kedua hal inilah yang menjadi tujuan utama dalam setiap manajemen. Kedua hal ini tentu memerlukan suatu kerjasama yang baik antara unsur-unsur yang ada di manajemen itu. Menurut Sutermeister dalam buku landasan manajemen pendidikan yang dikarang Nanang Fattah menyatakan bahwa berdasarkan pengertian teknis produktifitas dapat di ukur dengan dua standar utama, yaitu produktifitas fisik dan dan produktifitas nilai.
Produktifitas yang dinyatakan diatas yang produktifitas fisik disini yang terlihat dari sisi luar dan nyata, seperti manajemen yang bertujuannya mengelola, bahwa pengelolaan dalam fisik ini mampu menciptakan sesuatu seperti halnya buku yang dapat memenuhi dari suatu produktifitas manajemen, begitu juga dengan produktifitas nilai, nilai yang terkandung yang sudah ada di dalam unsur manajemen tersebut.
Paul Mali (1978) misalnya, mengukur produktifitas di ukur berdasarkan kombinasi antara efektifitas dan efisiensi. Efektifitas dikaitkan dengan performence, dan efisiensi dikaitkan dengan penggunaan sumber-sumber indeks produktifitas di ukur berdasarkan perbandingan atau rasio antara pencapaian performence dengan sumber-sumber yang dialokasikan.
2.    Hakikat Manusia
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang paling sempurna diantara makhluk lainnya. Manusia mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya:
a.    Mampu bergerak dalam berbagai ruang, baik di darat, di laut maupun diluar
b.    Mempunyai potensi untuk berbuat baik (akal) dan berbuat tidak baik (nafsu)
c.    Memegang amanah sebagai khalifah di bumi.

Dalam buku landasan manajemen pendidikan yang dikarang Nanang Fattah dijelaskan bahwa terdapat beberapa pandangan tentang manusia, antara lain pandangan psikoanalitik. Tradisional menganggap bahwa manusia pada dasarnya digerakkan oleh dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif.
Dalam buku pendidikan islam karangan Zainudin Aliu dijelaskan bahwa karakteristik manusia sebagai makhluk ciptaan Allah paling sempurna, yang membedakan makhluk lainnya adalah roh manusia yang mempunyai dua daya yaitu daya fikir yang disebut akal dan daya rasa yang disebut kalbu.
Jadi, hakikatnya manusia itu adalah makhluk yang sempurna, dalam manajemen hakikat manusia  itu mengtur kegiatan dan memadukan sumberdaya yang ada sehingga tercipta pembahasan yang terdahulu kita telah melakukan eksplorasi terhadap Organisasi, Administrasi, Manajemen, serta Kepemimpinan.
Pandangan lain datang dari kaum behavioristik ( dalam hancem 1977 ) pada dasarnya menganggap bahwa manusia adalah makhluk reaktif yang prilakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia adalah:[6]
a.       Padasarnya memiliki tenaga dalam yang menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan.
b.      Terdapat fungsi yang rasional, bertanggung jawab atas tingkahlaku intelektual dan rasional.
c.       Mampu mengarahkan diri ketujuan yang positif, mampu mengatur, dan mengontrol diri dan menentukan nasibnya.
d.      Pada hakikatnya dalam proses berkembang dan tidak pernah selesai.
e.       Melibatkan diri untuk kepentingan dirinya, dan oranglain.
f.       Mempunyai potensi yang perwujudannya sering tak terduga, potensi itu terbatas.
3.    Hakikat kerja
Kerja merupakan kegiatan dalam melakukan sesuatu dan orang yang bekerja ada kaitannya dengan mencari nafkah atau bertujuan untuk mendapatkan imbalan atas prestasi yang diberikan atas kepentingan organisasi. Prestasi kerja atau penampilan kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu. Masalah kerja selalu mendapatkan perhatian dalam manajemen karena berkaitan dengan produktifitas organisasi.
Pada hakikatnya, orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan atau motifasi tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit prilaku, sedangkan tujuan berfungsi mengarahkan prilaku. Proses motifasi sebagian besar untuk memenuhi dan mencapai kebutuhan.
Jadi dapat kita fahami bahwa kerja merupakan kegiatan dalam melakukan sesuatu, yang berkaitan dengan nafkah. Dan ini didasari dengan kemampuan, sikap, keterampilan dan motivasi untuk menghasilkan sesuatu, pada hakekatnya untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan atau motifasi tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit prilaku dan proses motifasi sebagian besar untuk memenuhi dan mencapai kebutuhan.
Proses pemenuhan kebutuhan didasari oleh pendekatan teori prilaku yaitu teori motifasi. Sebagai berikut:[7]
a.       Maslow: Kebutuhan bertingkat mulai dari yang paling tinggi berturut-turut sampai yang paling rendah; perwujudan diri, kebuthan ego, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan rasa aman dan kebutuhan fisiologis
b.      Herzberg teori dua faktor
Faktor Higine
Motivasi
Gaji
Kemajuan
Kondisi
Perkembangan
Kebijakan perusahaan
Tanggung jawab
Penyediaan
Penghargaan
Kelompok kerja
Prestasi pekerjaan itu sendiri

c.       David. C. McClelland, berdasarkan hasil penelitiannya bahwa motif berprestasi mempunyai pengaruh yang jauh lebih penting untuk keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan industri, dibanding dengan motif manapun. Sifat utama motif ini adalah berusaha mencapai standar tertentu yang sangat baik. Ia mengikatkan dirinya sendiri secara emosional untuk menyelesaikan tugas yang dipandang bernila dan sukar .
d.      Smith dan Cranny, motifasi kerja akan ditentukan oleh tiga variabel utama:
Usaha, kepuasan dan ganjaran.

e.       Vromm, motivasi kerja ditentukan oleh: kekuatan, valensi, harapan, dan batu loncatan.
Jadi dapat kita fahami dan kita simpulkan dari pemahaman para ahli di atas bahwa proses pemenuhan kebutuhan didasari oleh pendekatan teori prilaku yaitu teori motifasi, yang menjelaskan bahwa motif berprestasi mempunyai pengaruh yang jauh lebih penting untuk keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan industri, dibanding dengan motif manapun. Dan pada intinya kebutuhan itu memiliki tingkatan mulai dari tingkat yang paling tinggi berturut-turut sampai yang paling rendah; perwujudan diri, kebuthan ego, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan rasa aman dan kebutuhan fisiologis.

KESIMPULAN

Dari pikiran-pikiran ahli tentang defenisi manajemen kebanyakan menyatakan bahwa manejemen merupakan suatu proses tertentu yang menggunakan kemampuan atau keahlian untuk mencapai suatu tujuan yang didalam pelaksanaanya dapat mengikuti alur keilmuan secara ilmiah.
Arti khusus manajemen dipakai bagi pimpinan dan kepemimpinan, yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan memimpin dalam suatu organisasi.
Sebenarnya ada banyak versi mengenai definisi manajemen, namun demikian pengertian manajemen itu sendiri secara umum yang bisa kita jadikan pegangan adalah : “Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk menetukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya”.
Tujuan manajemen merupakan hal terjadinya proses manajemen dan aktifitas kerja, tujuan beraneka macam, tetapi harus ditetapkan secara jelas, realistis dan cukup menantang berdasarkan analisis data, informasi dan pemilihan dari informasi-informasi yang ada. Kecapakan manajer dalam menetapkan tujuan dan kemapuannya memanfaatkan peluang, mencerminkan tingkat hasil yang dapat dicapainya.
Hakikat Manusia Dalam Pandangan Manajmen adalah pada hakikatnya manusia itu tanpa manajmen apapun yang ia kerjakan tidak akan pernah efektif dan efesien (tidak akan bisa jalan sesua apa yang ia inginkan ).
Pada hakikat kerja, orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan atau motifasi tertentu. Dan orang mempunyai berbagai kebutuhan psikologis. Beberapa dari kebutuhan psikologis ini berhubungan dengan pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA

Amilda dkk, Manajemen Pendidikan Islam, Palembang: Grafika Telindo Press, 2010.
Manullang, Manajemen Personalia, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2008.
Pidarta Made, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Bina Aksara, 1988,
Tim Dosen administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2008.



[1] Tim Dosen administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2008. Hal. 86
[2] Amilda dkk, Manajemen Pendidikan Islam, Palembang: Grafika Telindo Press, 2010. hal 1-2
[3] M. Manullang, Manajemen Personalia, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2008. Hal. 3-4
[4] Op.Cit, hal. 2-3.
[5] Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Bina Aksara, 1988, Hal. 1-4
[6] Loc.Cit, Hal.15
[7]Ibid, Hal.18-21
0 Responses

Posting Komentar

a
s